Jumat, 12 September 2008

Perhotelan akan Lakukan Negosiasi Dengan PLN

Industri perhotelan dan restoran meminta Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk memfasilitasi pertemuan dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) guna membahas masalah krisis energi terkait kewajiban penggunaan genset untuk industri hotel.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pehimpunan Hotel dan Restoran Yanti Sukamdani. Yanti mengatakan, pihaknya telah membicarakan hal tersebut kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Ia mengharapkan pertemuan dengan PLN dapat terlaksana dalam waktu dekat ini. "Kita harus duduk bersama untuk menyelesaikan solusi ini. Kita akan melakukan negosiasi dengan PLN untuk membicarakan hemat biaya," kata Yanti di Jakarta, Kamis (11/9).

Sebelumnya, manajemen PLN memaksa kalangan pelanggan bisnis (pusat belanja dan hotel) untuk menggunakan genset selama lima jam dua kali seminggu. PLN akan memberikan sanksi kepada pusat belanja dan hotel yang tidak menggunakan dengan memadamkan aliran listrik.

Menurut Yanti, penggunaan genset akan menyebabkan biaya operasional membengkak. "Biaya operasional genset mencapai Rp 2 miliar, sementara untuk investasi hotel saja Rp 5 miliar. Itu terlalu memberatkan," kata Yanti.

Padahal, ujarnya, penghematan energi bisa dilakukan dengan cara lain. Misalnya dengan mengganti semua bohlam lampu dengan lampu hemat energi, menghemat pengaturan AC, dan sebagainya.

Yanti mengakui, kebutuhan energi merupakan bahan baku bagi industri perhotelan. Di perhotelan, kebutuhan energi menempati porsi sekitar 75 persennya. "Energi seperti nyawa di perhotelan, porsinya sekitar 75 persen. sedangkan dari hotel kita tidak punya genset satupun, apalagi restoran," tutur Yanti.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan mendukung pihak perhotelan untuk melakukan negosiasi dengan PLN. Menurutnya, kekurangan energi bersifat sementara dan tergantung bagaimana melakukan penghematan. "Misalnya, ada ruangan yang dibuat remang-remang. Bagaimana caranya agar tidak terlalu ada pemborosan listrik kan bisa diupayakan," kata Jero Wacik.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hah? Jadi sampai sekarang mereka baru mau membicarakannya? Kasus mati lampu Indonesia kan udah bertahun-tahun...

Memang kacau deh, Indonesia, udah hanya satu-satunya perusahaan listrik, eh malah ga becus kerjanya.

Lagian saran Si Jero tuh, menyepelekan masalah banget. Kalo semua hotel mengikuti sarannya, Indonesia lama-lama bisa menyandang gelar negara dengan hotel remang-remang terbanyak.