Sabtu, 29 November 2008

Vatikan : Ponsel Bisa Merusak Jiwa

Pihak Vatikan memperingatkan bahwa obsesi kita dengan teknologi moderen seperti internet dan telepon selular dikhawatirkan akan menyita sebagian besar waktu. Akibatnya, jatah waktu untuk hidup spiritual menjadi berkurang.

Pastor Federico Lombardi, juru bicara Paus mengatakan, tanpa kehidupan spiritual yang memadai, manusia berisiko bakal sesat jiwanya. "Di zaman ponsel dan internet sekarang ini terasa lebih sulit melindungi asapek interior hidup kita dan masuk dalam keheningan daripada zaman sebelumnya," ujar Lombardi dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi Vatikan di sebuah acara Octavia Dies."Sulit, tapi perlu."

Sekarang ini, katanya, ancaman besar sedang menghadang. Mereka yang tidak menyiapkan diri akan kurang beruntung jiwanya.

Vatikan sudah sejak lama mengingatkan ekses kehidupan moderen ini dan berupaya melawannya. Bulan lalu, Paus Benediktus XVI mengatakan, krisis keuangan global ini menjadi bukti bahwa pencapaian harta berupa uang dan kesuksesan duniawi sebenarnya tak berarti apa-apa.

"Bangsa-bangsa zaman sekarang ini mengalami kehilangan identitas gara-gara pengaruh budaya moderen yang merusak dan membahayakan," ujar Paus dalam sebuah sidang sinode akhir-akhir ini.

Meski begitu, Paus Benediktus tidak memungkiri bahwa teknologi berperan besar dalam membantu hidup manusia. Buktinya dia sendiri menggunakan teknologi moderen untuk menyampaikan pesan kepada kaum muda.

Di Perayaan Hari Pemuda Sedunia di Sydney, Paus mengirimkan renungan atau inspirasi harian lewat layanan pesan pendek kepada para pemuda, demikian juga doa digital juga terpasang di acara ini. Vatikan bahkan juga telah membuat beberapa manuskrip, dokumen dan teks-teks kuno dari Perpustakaan Apostolik Vatikan dan menyediakannya dalam bentuk online

Senin, 17 November 2008

Naikkan Harga Rokok Setinggi Mungkin...biar perokok kapok..setuju gak?

Selain membatasi ruang gerak perokok, pemerintah juga dinilai harus menekan angka konsumsi rokok di masyarakat dengan cara menaikkan harga rokok setinggi mungkin. Peneliti Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Abdillah Ahsan, mengatakan untuk mengurangi konsumsi rokok di masyarakat dapat dilakukan dengan menaikkan tarif cukai tembakau.

"Tarif cukai tembakau yang tinggi adalah cara paling efektif untuk menurunkan konsumsi rokok," katanya dalam acara Research Day, di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, di Depok, Senin (17/11).

Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, menurut dia, tarif cukai tembakau di Indonesia relatif rendah, yaitu hanya 37 persen. Negara-negara tetangga lainnya masih lebih tinggi seperti Vietnam 38 persen, Filipina 55 persen, India 55 persen, Bangladesh 63 persen, dan Thailand 75 persen.

"Harga rokok yang tinggi akan menurunkan prevalensi perokok dan jumlah rokok yang dihisap oleh mereka yang masih merokok," ujarnya.

Menurut dia, peningkatan konsumsi tembakau di Indonesia sejak tahun 1970 disebabkan rendahnya harga rokok, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan rumah tangga, dan proses mekanisasi industri rokok. Undang-Undang Cukai menetapkan bahwa tarif cukai adalah untuk menurunkan konsumsi produk tembakau dan mengendalikan distribusinya karena produk tembakau berbahaya bagi kesehatan.

"Peningkatan tarif cukai tembakau adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian kesehatan dan ekonomi akibat konsumsi tembakau," katanya.

Senin, 10 November 2008

Mencret Gara-gara Daging Kuda...Daging Kuda jadi tidak laku donk??

Sebanyak 208 warga Desa Raburia, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur mengalami diare (mencret) yang diduga akibat keracunan makanan dari daging kuda.

Banyak warga setempat yang mengalami muntah-muntah dan menceret. Kasus diare mendadak itu diduga warga mengonsumsi daging kuda yang diberikan saat jamuan makan pada acara peringatan salah seorang warga setempat yang meninggal hari Minggu (2/11), pekan lalu. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.

Pihak keluarga untuk menjamu warga yang mengikuti proses pemakaman hari Senin (3/11), begitu pula hingga sembahyangan di hari ketiga, Selasa menyembelih seekor kuda. Daging kuda itu lalu diolah dan disajikan berupa sup.

Kasus diare ini merebak diduga warga mengonsumsi daging kud a yang dimasak kurang matang, sehingga daging kuda itu terkontaminasi kuman. Tapi soal kepastian apa pemicu kasus ini dapat diketahui nanti dari hasil laboratorium, kata Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Yosef Deo Yosef, Senin (10/11), di Ende .

Sejumlah warga yang terkena diare akibat kasus itu yang masih dirawat hingga hari ini di R umah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende masih ada empat orang, yakni Filarius Lama, Belbina Beda, Maria Yasinta Nati, dan Veronica Ndae.

Dikabarkan masih ada lima orang lagi yang akan dibawa ke sini (RSUD Ende), kata Geradus Tona, salah seorang warga Raburia , yang sedang menunggui istrinya, Paulina Malo, yang juga terserang diare akibat kasus yang sama.

Menurut Geradus, hampir bersamaan serangan diare itu menimpa warga. Warga mengalami muntah-muntah dan menceret sekitar Selasa pagi, bahkan hingga Rabu (5/11).

"Istri saya kondisinya sudah begitu lemas hampir pingsan hari Rabu dini hari jam tiga pagi. Dia memang turut makan daging kuda itu. Saya juga sempat makan, tapi sedikit saja," kata Geradus yang juga sempat merasa perut mules, meski tidak sampai muntah-muntah dan menceret.

Dari kasus diare itu, pihak Pemerintah Kabupaten Ende menetapkan status kejadian luar bisa (KLB). Pihak dinas kesehatan setempat, begitu pula rumah sakit terkesan lamban dalam penanganan kasus itu, sebab hingga saat ini kasus diare di Raburia itu masih terjadi.

Hm.. hal ini membuat penjualan daging kuda berkurang gak yah?? belum diketahui pasti...tetapi hukum ekonomi yang berlaku, jika ada nama baik yang tercemar apalagi negatif..hasilnya akan berdampak negatif pula?? poor you penjual daging kuda..

Rabu, 05 November 2008

Mendandani Bonsai, Meraih Rupiah.. Sapa punya bonsai dirumah?? cepet di make-up !!


Bonsai merupakan salah satu komoditas tanaman yang tak pernah mati. Tanaman unik ini selalu menjadi buruan dan harganya relatif bertahan tinggi meski harga komoditas tanaman lain lebih sering naik turun seiring musim. Keindahan bonsai tak lepas dari peran para seniman pembentuk yang biasa disebut juga trainer.

Dalam seni keindahan bonsai, para trainer bonsai ibaratnya pemain di belakang layar. Dalam kontes-kontes bonsai, nama mereka sama sekali tak disebut sekali pun bonsai hasil karyanya menang. Yang maju ke depan lebih banyak para pemilik bonsai indah itu.

Tapi, di antara para pecinta bonsai, para trainer ini sudah tak asing lagi. Bahkan, profesi ini menjadi rebutan. Jumlah nya tak banyak, membuat para kolektor dan penjual bonsai biasanya rela mengeluarkan uang tidak sedikit buat mendatangkan trainer ini.

Salah satu trainer bonsai adalah Suharno. Omo, begitu ia biasa disapa, adalah salah satu trainer bonsai di Indramayu. Para pemilik bonsai di sekitar Indramayu Cirebon pasti mengenal Omo. Soalnya, sejak tahun 90-an, ia sudah bergelut di bidang ini.

Omo belajar tentang merawat bonsai secara otodidak. "Awalnya, saya tertarik cuma tertarik. Lama kelamaan belajar serius," katanya. Selain bermodal suka, menjadi perawat bonsai butuh ketelatenan sekaligus insting seni. "Pekerjaan ini rumit juga," tambahnya.

Jika semua bekal itu sudah dikuasai, dengan gunting khusus, kawat aneka ukuran, dan pisau di tangan, Omo bisa menyulap tanaman biasa jadi berkelas.

Dalam sehari, rata-rata Ono menggarap tiga bonsai. "Tapi, juga tergantung tingkat kesulitannya," katanya. la mendapat panggilan merawat bekal bonsai sampai bonsai dewasa dari para kolektor dan pedagang tanaman hias.

Dalam sehari, Omo bisa mendapat bayaran setidaknya Rp 250.000, sebagai ganti jasa merawat bonsai. "Standar masing-masing trainer berbeda, tergantung pengalaman dan jam terbang," katanya merendah.

Di Surabaya, ada Sutomo atau biasa dipanggil Tomo. Tomo mulai menggeluti dunia trainer bonsai sejak tahun 1988. Berbekal latihan dan berkali-kali gagal, Tomo kini sudah menjadi salah satu trainer bonsai langganan para kolektor bonsai di Jawa Timur sampai Bali. "Di Jawa timur, yang benar-benar ahli mungkin cuma belasan," katanya.

Pertama kali Tomo mengikuti kontes pada tahun 1995. Menang di kontes itu, namanya mulai diperhitungan dan ia kebanjiran pesanan. Prestasi demi prestasi diraihnya. Terakhir, tahun 2007, tujuh buah bonsai karya Tomo mendapat tempat di ASPAC, pameran bonsai tingkat Asia Pasific di Bali.

Soal berapa bayaran jasanya, Tomo enggan bicara. Tapi, ia memilih bayaran per hari. "Soalnya, ada juga model borongan," katanya. Bukan berarti pekerjaan ini tak ada risiko. "Saya pernah melakukan kesalahan," kata Tomo. Belajar dari kesalahan itu, ia menjadi lebih telaten dan halus memperlakukan bonsai.